10 Oktober 2008

Gusuran Bursa Buku Kwitang


Foto sekitar kwitang sebelum digusur


Sejujurnya saya sendiri juga belum pernah pergi ke kwitang sewaktu kuliah dulu untuk beli buku bahkan hanya untuk melihat saja, tapi mendengar ada berita dibawah kasian juga sama2 penjualnya, semoga semakin tersebar luas mengenai keberadaan mereka.


Info dari milis sebelah :

Sebagai pecinta buku bekas (bermutu) saya merasa kehilangan dengan digusurnya pedagang buku Kwitang, Senen Jakarta Pusat. Di bekas lokasi terpampang spanduk yang menginformasikan pedagang buku kwitang pidah ke Bursa Buku Murah di lantai IV Proyek Senen tak jauh dari lokasi gusuran. Saya pun menjuju ke sana dan menjumpai para pedagang yang mulai menggelar buku-buku dan majalah. Masih banyak yang belum buka mungkin karena ragu karena pengunjung masih sepi. Harga buku nampaknya di banting karena selama masa transisi ini para pedagang perlu punya penghasilan untuk menghidupi asap dapur di rumah. Pengunjung kebanyakan pelajar dan mahasiswa yang mencari buku berharga miring dan buku-buku yang sukar di cari di toko buku.

Rupanya tidak semua pedagang buku Kwitang pindah ke Proyek senen. Sekitar 50 pedagang memilih pindah ke Mall Jakarta City Center (JaCC), Jl. Waduk Melati Raya, lantai 3 A belakang Hotel Indonesia. Di Mall JaCC ini, buku-buku
dan majalah yang ditawarkan juga beraneka ragam dan cukup menarik, harganya juga murah. Lokasinya sudah tentu lebih nyaman ber AC pula. Mereka boleh berdagang dengan sewa kios yang terjangkau yaitu Rp 300.000 untuk dua tahun. Lumayan murah, namun mana pembelinya? Sama seperti di Proyek Senen lantai IV, pengunjung masih sepi! Tinggallah menginformasikan agar para pencinta buku mengetahui lokasi ke dua tempat baru ini.

Di Mall memang telah terpampang spanduk besar Bursa Buku Murah tapi pengunjung mall juga tak seberapa, sehingga yang mampir ke lantai 3A dapat dihitung dengan jari. Padahal sekitar 50 pedagang menanti pembeli. Seperti
biasa Pemda DKI rupanya sudah merasa puas jika para pedagang buku Kwitang sudah mendapatkan tempat penampungan, soal sosialisasi rupanya bukan merupakan kepedulian mereka.

Nah, apakah mereka bisa dapat bertahan dI lokasi baru jika masyarakat belum mengetahui keberadaan lokasi baru mereka. Saya khawatir dalam satu atau dua bulan lokasi ini akan bubar, bukan karena digusur tapi para pedagangnya tak punya daya tahan karena sepinya pengunjung. Mampukah mereka bertahan satu bulan tanpa penghasilan, sambil harus terus menunggu pembeli? Kita mungkin dapat membantu menginfomasikan keberadaan mereka dan para pencinta buku masih dapat memilih buku-buku kesukaan mereka dengan harga yang terjangkau.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya turut bersimpati untuk para pedagang yang tergusur, seharusnya selain diberikan kail, mereka juga diberikan bantuan n bimbingan u/ berusaha di tempat yang baru. saya di Denpasar Bali saat ini sedang berusaha merintis penjualan buku bekas, karena belum ada seperti di Jakarta. Informasinya di bubub.wordpress.com. Terimakasih.

nyits mengatakan...

terima kasih untuk infonya. Di bali pasti butuh tempat penjualan buku bekas, sukses ya.